CHAPER 1
#
#
#
#
Hyesoon keluar dari mobilnya dan
berjalan mencari ruang kepala sekolah. Ia belum mengetahui letak-letak ruangan
di sekolah barunya ini. Ia berjalan keliling dengan kaki-aki panjangnya hanya
untuk melihat-lihat sekolah barunya itu dan untuk mencari ruang ‘kepala
sekolah’.
“Dimana ruangannya? Oh Tuhan, sekolah
ini terlalu besar dan aku lelah sekali” kata Hyesoon mendesah kasar. “Bagaimana
aku bisa memasuki kelas baruku tanpa telat? Oh Tuhan, bantu aku” lanjut Hye
Soon menyampingkan poninya.
Tiba-tiba, seseorang berjalan
mendekatinya, “Permisi, apa kau anak baru? Aku belum pernah melihatmu disekolah
ini” kata seorang laki-laki berkulit tan dan tinggi dengan seragam basketnya. Hyesoon
hanya menganga melihatnya. Ayolah Hyesoon, kau baru melihatnya, jangan mudah
tertarik dengan seseorang.
“Ya! Aku baru disini… Aku pindahan
dari Jeguk High School” kata Hyesoon datar.
“Oh baiklah, namaku Kim Jongin, kau
bisa memanggilku Jongin. Salam kenal! Siapa namamu?” kata Jongin mengulurkan
tangannya. Hyesoon hanya menatap tangan itu acuh. Ia kemudian berdiri. “Apa kau
tahu dimana ruang kepala sekolah? Sejak tadi aku mencarinya, tapi tidak
menemukannya“
“Baiklah Ayo! Mari aku antar!” kata
Jongin menarik tangan Hyesoon untuk mengikutinya. Hyesoon tidak dapat mengikuti
langkah kaki Jongin yang panjang.
“Hey! Bisakah kau untuk tidak
menarikku? Kau fikir aku ini apa, seenaknya saja kau menarikku?” bentak Hyesoon
melepaskan genggaman Jongin.
“Tadi kau menanyakan ruang kepala
sekolah kan? Ini ruangannya” kata Jongin menunjukan sebuah ruangan dengan
dagunya.
“Apa? O…oh, terima kasih banyak Jongin”
kata Hyesoon membungkuk dan membuka kenop pintu.
“Sama-sama” kata Jongin berjalan
berjauh.
.
.
.
“Jongin!!!” panggil seseorang
menghampiri Jongin. “Darimana saja kau? Tadi kami dari kantin. Maaf
meninggalkanmu, kau terlalu lama” tawanya.
Jongin tak mengatakan sesuatu, hanya
menatap kosong kedepan. Orang didepannya hanya mengela napas kasar.
“Jongin! Kau ini kenapa? Apa yang
sedang kau pikirkan? Huh?” tanya sahabatnya itu.
“Tadi aku bertemu seorang wanita, katanya
dia anak baru disini. Kulitnya putih, matanya berwarna cokelat bulat, jarinya
yang lentik, bibir tipisnya yang sangat menggemaskan, rambutnya yang panjang…
Dia sangat sempurna” kata Jongin tersenyum-senyum sendiri. Orang didepannya
hanya membuka mulutnya dan menatap Jongin bingung.
“Sahabatku ini selalu saja mesum!”
satu jitakan mendarat mulus dikepala Jongin. Empunya hanya mengaduh kesakitan.
“Yak! Kau Yun Jeong! Apa ingin
kuhajar?” tanya Jongin memegangi kepalanya yang sakit.
“Ya,sepertinya kau pantas
mendapatkannya Jongin! Itu karna kau sudah berpikiran mesum dipagi hari”
sambung Yun Jeong.
“Hey, Sehun!! Apa kau tidak mau membantu
sahabat kecilmu ini?” kata Jongin memohon dengan aegyonya.
“Yak! Jongin! Hentikan aegyomu, itu
menjijikan. Lagi pula, kau sudah dewasa, bodoh!” kata Sehun melipat tangan
didadanya dan acuh.
“Sudahlah, sebentar lagi songsaengnim
akan masuk mengajar fisika! Ini untukmu, Jongin!” kata Yun Jeong melempar
sebungkus burger.
“Terima kasih, Yun Jeong” kata Jongin
membuka bungkus itu dan memakannya sambil berjalan menuju kelas. Ya! Mereka
memang sekelas. Lebih tepatnya mereka bertiga selalu sekelas.
.
.
.
.
“Permisi” kata Hye Soon membuka pintu
ruang kepala sekolah. “Maaf, saya murid baru disini.” Kata Hye Soon gugup.
“Oh, baiklah… saya Ms. Fey, kepala
sekolah di School Of Permorming Arts” kata orang itu memperkanalkan diri.
“Ya, Park Hye Soon imnida, mohon
bantuannya Ms. Fey” kata Hye Soon membungkuk.
“Kenapa sendiri? Dimana orangtuamu? Mengapa
mereka tidak mengantarkanmu?” tanya Pindahan dari sekolah mana” tanya Ms. Fey
membenarkan letak kacamatanya.
“Orangtuaku, mereka semua sedang dinas
di Eropa, jadi mereka tidak bisa mengantarku. Lagipula saya sudah dewasa, jadi
tidak perlu diantar” kata Hye Soon tersenyum miris. Keluarganya memang jarang
bisa berkumpul bersama.
“Kau mandiri juga ya? Hmm… biasanya
para wanita pindahan akan diantar orangtuanya dan bersikap manja” kata Ms. Fey
mengetik entah apa itu.
“Mungkin aku satu-satunya yang berbeda”
kata Hye Soon tersenyum tipis, sangat tipis.
“Ini, kau cari kelas barumu ini dan
berikan kertas ini pada songsaengnim, oke? Dan ini seragammu! Semoga kau
menyukai sekolah barumu dan kelas barumu” kata Ms. Fey memberikan selembar
kertas dan pakaian seragam untuk seminggu.
“Terima kasih” kata Hye Soon
membungkuk dan pergi keluar dari ruangan itu.
Hye Soon POV
“Dimana kelasku, kenapa begitu rumit
dihari pertamaku” kataku mendengus kesal. Aku duduk disebuah kursi panjang. Aku
lelah, “Aku merindukan Chan oppa” lanjutku. “Aku benar-benar merindukan
tawanya. Bahkan jika aku sedang bingung seperti sekarang, dia pasti ada dan
membantuku. Dia sahabatku yang special” kataku bermonolog
“Mengapa masih berkeliaran dilorong,
bel sudah bunyi, bukan?” tanya seseorang membuyarkan lamunanku.
“O…oh, maaf! Aku sedang mencari ruang
kelas ini?” kataku menunjukan selembar kertas.
“Oh, kebetulan! Kali ini aku akan
mengajar dikelas ini” katanya. “Aku Ms. Jey, Ayo masuk!” lanjut Ms. Jey. Dan
apa? Jadi dari tadi aku berada didepan ruangan yang aku cari-cari?
“B…baiklah Ms” kataku membenarkan
rambut panjangku.
Author POV
“Annyeonghaseyo!” kata Ms. Jey membuka
pintu. Susana gaduh dikelas, tiba-tiba hening. Semua murid kembali ketempat
duduknya. Semua mata menatap Hye Soon yang kini berdiri disamping Ms. Jey. “Kita
kedatangan murid baru! Dia pindahan dari Jeguk High School. Ayo, kenalkan
dirimu pada teman-teman barumu”
“Annyeonghaseyo! Park Hye Soon Imnida!
Panggil saja Hyesoon. Semoga kalian bisa menerimaku di disini sebagai anggota
baru kelas kalian! Mohon bantuannya” kata Hye Soon memperkenalkan diri dan
lagi-lagi terbentuknya Puppy Eyesnya.
“Kau bisa duduk di samping Sehun!
Hanya itu meja yang kosong” kata Ms. Jey.
“Terima kasih” kata Hye Soon berjalan
gugup menuju meja disamping Sehun.
Sehun POV
Astaga! Aku pasti sedang bermimpi! Kini,
dikelasku beridiri seorang wanita cantik, seperti bidadari. Ralat! Maksudku
seperti malaikat. Apa dia yang diceritakan Jongin tadi? Dia benar-benar cantik.
“Jongin! Apa dia orang yang tadi kau
maksud?” tanya ku sedikit berbisik pada Jongin.
“Apa? Iya, itu dia! cantik bukan? Akan
aku jadikan dia kekasihku, senyumnya sangat manis, bukan?” kata Jongin
memandangi wanita itu.
Apa? Jongin menyukai wanita itu? Tidak!
Tidak boleh. Aku yang akan menjadi namjachingunya! Maaf Jongin, tapi untuk kali
ini aku tidak akan merelakan wanita ini jatuh kedalam pesonamu.
“Kau bisa duduk disamping Sehun! Hanya
itu meja yang kosong”
“Terima kasih”
Apa? Dia duduk denganku? Astaga, ini
keberuntungan. Terima kasih Tuhan! Aku harus terlihat menawan dan karismatik.
“Boleh, aku duduk disini? Aku dengar
hanya ini meja yang kosong?” tanyanya. Senyum itu. Kenapa senyum itu selalu ada
diwajahnya? Ayolah, aku bisa mengeluarkan cairan merah dari hidungku.
“Oh! Boleh saja. Lagipula, jika bukan
disini kau akan duduk dimana?” tanyaku menahan gugupku. Bodoh! Aku tidak boleh
gugup dihadapan wanita.
(SKIP TIME)
Kring… Kring…
Bel istirahat berbunyi juga. Aku dan
sahabatku rencananya akan bermain basket. Namun, sepertinya aku, Jongin dan
Yunjeong masih tidak bernajak sama sekali. Bahkan, Jongin tampak teridur.
“Aku Oh Sehun, disampingmu itu Kim Jongin. Dan yang
disampingnya itu adalah Kim Yun Jeong” kataku memperkenalkan sahabat-sahabatku.
Dia hanya terkekeh melihat Jongin tertidur.
“Dia lucu ketika tidur. Seperti bayi,
sangat manis” bagai ditusuk jutaan jarum pentul pada hatiku. Aku kecewa
mendengar itu. Apa dia menyukai Jongin?
“Dia akan sangat sulit dibangunkan”
kataku tersenyum miris. “Kenapa kau pindah Hyesoon? Padahal fasilitas di Jeguk
High School sangat bagus.?” Tanyaku.
“Aku… hanya saja aku hanya ingin
pindah”
“Apa? Bagaimana dengan sahabatmu? Namjachingumu?”
oke aku tahu aku mulai sok ingin ikut campur dengan urusannya.
“Sahabatku tahu tentang kepindahanku. Dia
hanya berjanji, ketika ia kembali untuk menemuiku, ia akan menjadi terkenal. Memang
terasa berat harus meninggalkannya. Namun… lupakan saja! Dan aku tidak punya
namjachingu. Dan aku tidak tertarik untuk memilikinya”
“Oh, maaf harus membuatmu mengingat
sahabatmu”
“Apa dia jarang tersenyum? Aku
daritadi belum melihat senyumannya? Apa dia ada masalah? Atau dia sedang sakit,
Sehun?” tanya Hyesoon. Oh, Tuhan… apa aku harus mendengarkannya bertanya
tentang orang lain? Mangapa dia tidak bertanya tentang diriku?
“Oh iya? Tidak mau kekantin? Aku
sangat lapar” pintaku mengubah topik.
Author POV
“Kau benar! Aku juga lapar Oh Sehun”
kata Jongin tiba-tiba bangun dan membuah Yunjeong loncat keget.
“Kkamjong pabo! Kau hampir membuat
jantungku lepas” kata Yunjeong melempar novelnya kearah Jongin.
“Aakhh! Arrghh! Penyakit sialah ini!
OH DAMN IT!” Hyesoon memegangi dadanya. Penyakitnya kambuh. Penyakitnya datang
disaat yang tidak tepat. Jantungnya mulai tidak normal lagi. bahkan, kini Hyesoon
terduduk dilantai dan terus meringis kesakitan.
“Kau kenapa?” tanya Sehun memegangi
pundak Hyesoon.
“Biar aku bawa dia ke UKS” kata
Yunjeong menggangkat Hyesoon dan berlari keluar kelas.
Yunjeong berlari menuju UKS dengan
menggendong Hyesoon yang masih merasa kesakitan. Hyesoon tak hentinya menangis,
napasnya mulai tersenggal-senggal. Sementara Sehun dan Jongin mencari kepala
sekolah.
“Kenapa Uks sangat jauh dari kelas? Oh
damn! Sabar Hyesoon” kata Yun Jeong yang terus berlari, tak peduli dengan
tatapan aneh semua orang yang melihatnya.
“Maaf penyakitku ini merepotkanmu. Aku
payah sekali” kata Hyesoon. Tubuhnya semakin lemas, wajahnya semakin pucat.
“Tak masalah! Asalkan kau tidak kenapa-napa”
kata Yunjeong. Langkah Yunjeong terhenti didepan ruangan dengan pintu berwarna
putih dan dengan garis merah dan biru. Ia membuka pintu itu dan membaringkan
Hyesoon pada ranjang diruang Uks itu.
“Kenapa dia, Yunjeong?” tanya seorang
siswa yang kini bertugas menjaga di Uks.
“Entahlah! Dia hanya mengelus
kesakitan dan memegangi dadanya. Napasnya sangat cepat dan dia terus saja
kesakitan” kata Yunjeong panik.
“Biarkan, aku periksa keadaan tubuhnya
sebentar” kata orang itu memakai stetoskop.
“Mohon bantuannya, Hara” kata Yunjeong
panik.
“Astaga! Detak jantungnya sangat tidak
teratur dan tidak stabil. Iramanya berantakan. Ini aneh, aku tidak tau kenapa? Sepertinya
kau harus menghubungi rumah sakit! Bicarakan ini dulu dengan kepala sekolah”
kata Hara bingung.
“Ada apa? Bagaimana kondisinya?” tanya
Ms. Fey membuka pintu dan bersamaan dengan Jongin dan Sehun.
“Ms. Fey! Detak jantung anak ini tidak
normal dan tidak stabil. Kita harus menghubungi pihak rumah sakit” kata Hara
lebih panik.
“Lihat! Darah dari mulutnya dan
hidungnya” kata Sehun kaget. Kini Hyesoon sudah pingsan dengan darah segar yang
tiba-tiba mengalir dari hidungnya dan mulutnya.
Ms. Fey menghubungi ambulan. Dan 10
menit kemudian dan membawa Hyesoon kerumah sakit. Yunjeong, Jongin dan Sehun
mengikuti ambulan itu dari belakang dengan mobil Yunjeong.
“Tenang, Yunjeong… kenapa kau begitu
takut, dia tidak apa-apa. Mengapa kau begitu panik, huh?” kata Jongin
menenangkan Yunjeong.
(SKIP TIME)
“Ayolah! Yunjeong, aku dan Sehun akan
kekantin membeli makanan? Kau mau ikut tidak?” tanya Jongin.
“Tidak, terima kasih! Aku akan
menunggunya hingga dia sadar. Aku nitip makanan berat ya? Dan kopi! Sehun tahu
kopi seperti apa” kata Yunjeong .
“Baiklah, kami pergi”
..:::::…
“Hyesoon! Ternyata kau tidak berubah,
ne? bahkan dengan penyakitmu itu, sama sekali tidak berubah” kata Yunjeong
mengelus pipi mutih Hyesoon. “Apa kau masih mengenalku? Apa kau masih
menggingatku? Apa perasaanmu masih sama denganku seperti dulu?” lanjutnya.
“Kau tau? Perasaanku padamu tak pernah
berkurang. Bahkan, walau aku didekati banyak yeoja, aku menolak bahkan menjauhi mereka hanya untukmu”
“Nadaku terdengar sederhana. Seperti cintaku
yang ku bagi seutuhnya untukmu. Seperti cinta yang tak kau mengerti meskipun
aku sudah lelah berteriak dan mengejarmu. Cintaku yang hanya untukmu”
“Hyung…”
Yunjeong POV
“Hyung…”
Aku menengok kearah suara itu. Aku
melihat adikku berdiri didepan pintu dengan baju penuh bercak darah dan lengannya
penuh darah dan goresan luka. Tapi, bukankah adikku sudah meninggal 9 tahun
lalu.
Flashback on
“Kim Tae Ri! Hentikan! Kau bisa melukai
dirimu sendiri!” teriakku panik. Adikku, Taeri memegang pisau. Umurku masih 8 tahun
dan Taeri masih berumur 6 tahun. Orangtuaku sedang pergi rapat dengan
perusahaan lainnya.
“Kim Tae Ri, hentikan ini. A…akan aku
laporkan ini semua ke orangtuamu!” bentak Hyesoon.
“Apa kau bilang, noona? Mengadukanku
kepada orangtuaku? Mungkin kau tidak bisa! Karna aku akan membunuh kalian
berdua! Kau duluan yang akan mati!!!” katanya mengarahkan pisau ke arah perut
Hyesoon.
Aku berusaha untuk bangun dan berusaha
melindungi Hyesoon. Tanganku berhasil menahan pisau itu. Namun pisau itu sudah
berhasil menusuk perut Hyesoon dan tanganku berhasil menahannya untuk tidak
lebih dalam.
“ARRGH!!!” pekik Hyesoon. Darah
mengalir dari perutnya.
“Kau bodoh!!! Kau egois!!! Egomu
menutupi sifat kemanusiaanmu!!!” bentakku memukul perut Taeri. Aku dan dia
saling dorong. Ia terbentur cermin dan cermin itu terjatuh dan pecah disamping
Taeri. Tubuh Taeri penuh dengan serpihan beling. Dan aku terbentur lemari buku
saat aku berusaha menghampiri Taeri dan Hyesoon, lemari buku yang tingginya 2
meter itu terjatuh dan menimpa kakiku.
“Yunjeong!!! Hyesoon!!! Taeri!!!”
teriak Ibuku melihat kami bertiga dengan darah dimana-mana.
“Apa yang terjadi? Oh Tuhan…” Ayah
mengangkat lemari buku itu. Dan…
Semuanya menjadi hitam
Keesokannya.
Hari dimana, Taeri dimakamkan. Taeri
meninggal karna kejadian kemarin. Hyesoon kehilangan ginjalnya yang kiri dan
kakiku tidak bisa berjalan untuk beberapa waktu yang cukup lama.
“Semoga Tuhan memberkatimu, Taeri. Dan
semoga Tuhan, mau memaafkanmu… kau adikku yang akan aku rindukan” kataku. Tangisku
pecah seketika ketika air mata sudah tidak mampu untuk ku bendung lagi.
Sejak saat itu aku selalu mengunjungi
makam Taeri dan selalu melewati rumah lama itu yang sekarang terkenal dengan
keangkerannya. Terkadang, terdengar suara tangis, tawa seorang anak kecil,
terkadang terdengar benda-benda berjatuhan dalam rumah itu. Dan yang paling
seram, terkadang roh Taeri suka berlari-lari dihalaman rumah
Flashback off
“Untuk apa kau disini, Taeri? Tak
cukupkah kau membuatnya seperti ini?” kataku menatap tajam adikku. Maksudku
arwah adikku.
“Hyung… aku ingin minta maaf. Andai saja
aku masih hidup dan sadar dengan kejadian 9 tahun lalu. Sungguh, hyung, aku
menyesal”
“Terlambat! Semua sudah terlambat! Kau
sudah membuatnya menderita dan kau sudah membuatnya terluka! Pergilah!” kataku
menangan tangis.
“Hyung…”
“Jangan memanggilku hyung! Aku
bukanlah Hyungmu! Aku tidak memiliki adik!” kataku. Tangisku pecah begitu saja.
“Yunjeong! Kami datang membawa… kau,
mengapa menangis?” tanya Jongin melihatku menagis tersedu-sedu.
“Tidak ada,” jawabku singkat menghapus
air mataku.
“Mengapa aku merasa hawa aneh dikamar
ini? Aku merinding, ada apa ini? Hawanya benar-benar beda?” kata Sehun
mengusap-usap lengannya. Aku bisa melihat bahwa dia sedang ketakutan.
PRANKS!!!
Tiba-tiba gelas yang berada dinakas
terjatuh dan Sehun mematung. Aku bisa melihat jika dia sedang dalam pandangan
kosong dan pikirannya yang kosong.
“KYA!!” teriak Sehun masih dalam
posisinya.
“Ssttt! Hyesoon terbangun, Sehun ini
salahmu. Mengapa teriak, huh?” kata Jongin menjitak kepala Sehun.
“Maaf, aku ketakutan” kata Sehun
pelan.
“Apa yang kau rasakan sekarang? Apa
kau merasa lebih baik?” tanyaku khawatir.
“Aku baik-baik saja. Gomawo, telah
mengkhawatirkanku. Dan maaf merepotkanmu” Hyesoon memang tidak berubah, dia
masih sama seperti dulu.
“Kau memang Yunjeong-ku! Sama seperti
dulu, ne?”
“Kau masih mengingat itu? Walau sudah
9 tahun lalu?” tanyaku. Aku senang sekaligus khawatir dia akan pergi dariku.
“Kau pikir aku
ini sudah tua, huh? Aku tidak akan mungkin melupakanmu dan kejadian itu” kata
Hyesoon tersenyum miris.
“Maafkan,
adikku, ne?”
“Tunggu! Ada
apa diantara kalian? Apa kalian sudah saling mengenal?” tanya Jongin kaget.
“Ne! Kami
sudah berteman sejak Sekolah Dasar. Kami sangat dekat” kata Yunjeong mengiakan
omongan Jongin.
Author POV
Yunjeong
menceritakan kejadian yang dialaminya dengan Hyesoon dan adiknya, Taerin. Ia
menceritakan semuanya, bahkan kebiasaan buruk mereka berdua.
“MWO?!! Adikmu
jahat sekali Yunjeong!!! Jika dia ada, akan aku hajar dia, akan aku salib dia!”
kata Sehun berani.
“Kau yakin? Dia
memang ada disini, dibelakangmu, Sehun!” seketika keberanian Sehun menghilang. Sehun
hanya menatap Yunjeong horror.
“Tenang, dia
tidak berbahaya! Aku yakin, dia akan terpesona dengan wajah tampanmu. Jadi ia
tidak akan menghajarmu” kata Yunjeong meyakinkan Sehun.
“Ma…maaf Taeri,
aku tidak bermaksud seperti itu padamu. Aku hanya bercanda” kata Sehun.
“Apa? Kenapa
dia disini? Kau bercanda Yunjeong” kata Hyesoon memukul bahu Yunjeong.
“Aku tidak
bercanda! Dia ingin memintamaaf padamu. Kau tahu? Arwahnya masih berada
dirumahku dulu. Hingga sekarang, dia masih berada dirumah itu.” Kata Yunjeong
dengan smirk andalanya.
“Aku sudah
memaafkannya dari awal. Aku tidak punya dendam sama sekali, karna aku tdak bisa
menyimpan dendam pada siapapun” kata Hyesoon dengan puppy eyesnya.
“Kau dengar
itu Taeri? Sudahkan, pergilah dari sini! Tenanglah di alammu yang baru” kata
Yunjeong tertawa renyah.
“Terima kasih,
Hyesoon-noona… aku akan mengenangmu dan akan selalu melindungimu. Selamat
tinggal kakak dan Hyesoon-noona. Aku tidak akan menggangku kalian lagi, sekali
lagi terima kasih” kata Taeri tenang. Kini arwahnya sudah tenang, tanpa harus
menghantui kakakya lagi.
“KYA! Menakutkan!”
kata Sehun memeluk Jongin dan Yunjeong.
“Hyesoon! Aku
masih menyimpan perasaanku untukmu. Apa kau masih menyimpannya?” tanya Yunjeong
to the point.
“Nde?”
“Ayolah! Aku tau
kau tadi mendengarku” rengek Yunjeong.
“Entahlah! Tapi
aku tertarik dengan Sehun. Maaf Yunjeong, tapi kau sahabatku. Aku tidak mau
kehilangan sahabatku.” Kata Hyesoon. Sehun hanya membelalakan matanya tidak
percaya.
“Apa yang kau
bilang tadi? Kau menyukai Sehun?” tanya Jongin.
“Nde?” kata
Hyesoon menggerjapkan matanya.
“Kau menyukai
Sehun daripada aku?” tanya Yunjeong merengek.
“Kau seperti
anak kecil saja. Benar-benar memalukan. Ya, Sehun sangat lucu” kata Hyesoon
dengan puppy eyesnya. Sehun hanya merunduk menutupi pipinya yang sedang merona.
-PAGI HARI-
“Good morning,
Sehun!” sapa Hyesoon pada Sehun. Sehun hanya menatapnya sekilas dan kembali focus
pada buku kimianya.
“Kau belajar? Kau
sangat rajin, ne? Aku mau ke taman belakang sekolah”
“Tapi,
sebentar lagi akan bel masuk, bukan? Bagaimana jika kau ketinggalan pelajaran? Dan
kau tidak belajar untuk ujian kimia?”
“Aku tau, tapi
biarkan. Aku sedang males dikelas, rasanya aku mau tidak masuk sekolah saja”
“Kenapa? Apa
yang terjadi? Apa kau sakit lagi?” tanya Sehun menutup buku catatannya.
“Tidak! Aku
tidak sedang sakit! Aku males, karna kau mendiamiku, puas!!” kata Hyesoon
berjalan menjauh.
“Tunggu!” kata
Sehun menahan tangan Hyesoon. “Aku janji, tidak akan mendiamimu. Tapi tetap
disini, nde? Aku hanya sedang fokus untuk ujian nanti”
“Ani! Aku akan
tetap pergi. Kau pasti tidak akan memegang janjimu” kata Hyesoon menepis tangan
Sehun dan membuang muka.
“Mana ada
namja sepertimu yammmmmpppttthhhhh” belum selesai Hyesoon berbicara, bibir
Sehun sudah menempel pada bibir Hyesoon, tak lupa Sehun melumat bibir manis
Hyesoon. Seluruh isi kelas yang menatap itu hanya menganga dan menatap mereka
iri.
“Yak! Oppa,
aku malu, pabo!!!” kata Hyesoon mendorong dada bidang Sehun. Dan Sehun
melepaskan tautan mereka.
“Lihatkan? Aku
sudah membuktikannya, aku juga menyukaimu Hyesoon. Suka secara tulus bukan
hanya mencari perhatian darimu” kata Sehun mengusap pipi lembut Sehun.
“Sehun, kau
telah menggambil first kiss ku” kata Hyesoon meraba mulutnya yang basah.
Disisi lain,
Yunjeong menatap mereka horror. Kedua tangannya terkepal sangat kuat. Matanya
merah seakan menahan amarah. Bagaimana tidak, yeoja yang selama ini ia
tunggu-tunggu sedang bersama seorang namja yang ternyata sahabatnya. Bahkan
dialah yang merebut first kiss yeoja itu.
Clark
Yunjeong tidak
sengaja mematahkan pulpen Jongin. Sedangkan Jongin hanya membelalakkan matanya.
Apakah Yunjeong itu siluman. Bahkan dia tidak bisa mematahkan pensilnya dengan
ibu jarinya.
“Yak! Kau
mematahkan pulpenku? Bagaimana bisa?” tanya Jongin menatap pulpennya yang sudah
terbagi menjadi 2 itu.
“Sudahlah,
Jongin! Jika nanti ada guru yang bertanya dimana aku. Katakan saja jika aku ke
uks, ne?”
“Kau mau
kemana Yunjeong? Pelajaran akan segera dimulai bukan? Dan kita aka nada ujian
bukan?” kata Jongin bingung.
“Entahlah! Mungkin
aku akan keatas gedung sekolah untuk menenangkan diri. Aku lelah! Sangat lelah!
Mungkin karna aku tidak sarapan pagi ini”
“Biar aku
ikut, Yunjeong! Aku tau kau butuh seseorang untuk bercerita. Aku bisa melihat
wajah sedihmu itu dan wajahmu terlihat berantakan. Matamu seperti panda, ada
kantung mata disana” ledek Jongin. Yunjeong hanya tersenyum tipis
“Tapi…”
“Tidak ada
penolakan, Yunjeong” kata Jongin menarik Yunjeong keluar kelas.
.
“Ceritakan apa
masalahmu? Aku siap mendengarkannya”
“Aku kesal,
Jongin! Aku lelah harus berpura-pura! Aku sangat lelah Jongin! Aku putus asa! Setiap
hari mereka semakin dekat dan terkadang ia melupakanku sebagai sahabat kecilnya”
kata Yunjeong menangis dibahu Jongin.
“Mereka? Apa
Sehun dengan Hyesoon? Tenanglah, yeoja bukan hanya dia… dan masih banyak yang
menginginkanmu! Kau begitu mempesona dan kau juga penuh dengan kehangatan” kata
Jongin menenangkan Yunjeong.
“Kau tahu,
Jongin? Sebaiknya aku memilih untuk menjadi gay! Karna aku bosan dengan wanita,
Jongin… Aku lelah menunggunya untuk waktu lama, sedangkan ketika dia kembali
dia melupakanku dan menjauhiku” kata Yunjeong menggoda Jongin.
“A…apa
maksudmu? Apa kau akan menyerah? Apa yang akan dikatakan oleh teman-teman? Apa
kau rela menjatuhkan nama baikmu dan keluargamu? Apa kau ingin orangtuamu marah
denganmu jika mereka mengetahui jika kau gay? Jangan bodoh Yunjeong, jangan mudah
menyerah! Pasti nanti ada yeoja yang lebih baik dari Hyesoon” kata Jongin.
“Kau tahu,
Jongin? Aku tidak peduli dengan apa yang dunia akan katakan tentangku! Tapi aku
akan menahan itu semua dan akan membendungnya. Dan aku sendiri dan Tuhan yang
akan menentukan kehidupanku”
“Yunjeong…
kau?”
“Jongin
dengar! Aku menyukaimu, aku selalu merasa hangat bila didekatmu, kau selalu ada
bila aku butuh. Kau selalu bertingkah konyol hanya untuk menghiburku. Aku tidak
hanya sekedar suka denganmu. Namun, aku juga sangat menyayangimu! Jongin jawab
aku…” kata Yunjeong memegang erat bahu jongin. “Will you be my namjachingu? Please,
Jongin”
“Kau gila!!!”
teriak Jongin.
“Ya! Benar! Aku
gila! Aku gila karena yeoja itu!! Kau mau tidak, Jongin?”
“Jika itu
membuatmu nyaman dan tidak akan menagis. Aku mau! Tapi dengan satu syarat!”
“Apa, Jongin?
Apa? Katakanlah”
“Kau jangan
bersedih didepanku. Jika ada masalah, ceritakanlah padaku atau pada orang lain”
kata Jongin mengelus surai hitam Yunjeong.
“Aku janji”
kata Yujeong memeluk Jongin.
“Apa kau tidak
ingin kekelas? Aku tidak mau ketinggalan materi” kata Jongin berdiri dan
membersihkan pakaiannya.
“Jongin!”
“Ne?”
“Ditanggal
ini, dihari ini mereka menjalin sebuah hubungan khusus dan special ‘berpacaran’.
Akan aku pastikan tidak ada yang bisa merusak hubungan kita. Aku janji itu!”
“Jangan
berlebihan… ayolah, kita kekelas, kita sudah sangat terlambat”
“Ne! Kau benar”
kata Yunjeong melirik jam tangannya dan menarik Jongin menuju kelasnya.
.
“Dimana Jongin
dan Yunjeong?” tanya Mr. Won,
“Maan! Kami
terlambat, tadi aku membantu Yunjeong keluar dari kamar mandi, pintu kamar
mandi macet” kata Jongin berbohong dan menyiku Yunjeong.
“Ne, itu benar
Mr. maaf kami telat,”
“Yasudah! Kalian
duduklah ditempat kalian!” ujar Mr. Won membuka buku.
“Terima kasih
Mr. Won” kata Yunjeong dan Jongin bersamaan. Mereka berjalan ke temat mereka
duduk. Dikursi paling belakang.
“Darimana
kalian?” tanya Hyesoon. Yunjeong yang berada disamping Hyesoon sama sekali tidak
mau menanggapi pertanyaan tidak penting itu.
“Kalian berdua
darimana? Kenapa telat masuk?” sekali lagi ia bertanya.
“Bukan
urusanmu, Hyesoon! Jangan urusi urusanku! Urusi saja kehidupanmu dan urusi
Sehun!” kata Yunjeong membentak.
“Yunjeong! Bisa kau diam? Pelajaran akan saya mulai”
tegur Mr. Won.
“Mian..”
Hyesoon POV
Apa-apaan ini?
Kenapa aku begitu sakit mendengarnya? Dia hanya sahabatku, jadi tak masalah
dengan jawabannya itu. Tapi, yang jadi masalah adalah kenapa sekarang dia
begitu dingin denganku? Apa kesalahanku?
Aku mencoba
menebak apa yang terjadi dengannya –Yunjeong-, kenapa dia dan Jongin terlihat
asik-asik saja. Bahkan mereka saling melempar senyum. Dan apa ini? Jongin menyender
dibahu Yunjeong? Bahu itu. 9 tahun lalu. Bahu itu merupakan tumpuanku dalam
hidup. Bahu itu, aku selalu menyenderkan kepalaku disitu.
APA? Yunjeong
mencium kepala Jongin? Apa mereka menjalin hubungan? Tapi bukankah Yunjeong
bukan seorang gay? Kurasa memang ada yang aneh dengan Yunjeong.
-TBC-
guys, sorry kalo berantakan yeth? masih pemula. wkwk ;v