Senin, 06 Juni 2016


CHAPER 1

#

#

#

#

Hyesoon keluar dari mobilnya dan berjalan mencari ruang kepala sekolah. Ia belum mengetahui letak-letak ruangan di sekolah barunya ini. Ia berjalan keliling dengan kaki-aki panjangnya hanya untuk melihat-lihat sekolah barunya itu dan untuk mencari ruang ‘kepala sekolah’.

“Dimana ruangannya? Oh Tuhan, sekolah ini terlalu besar dan aku lelah sekali” kata Hyesoon mendesah kasar. “Bagaimana aku bisa memasuki kelas baruku tanpa telat? Oh Tuhan, bantu aku” lanjut Hye Soon menyampingkan poninya.

Tiba-tiba, seseorang berjalan mendekatinya, “Permisi, apa kau anak baru? Aku belum pernah melihatmu disekolah ini” kata seorang laki-laki berkulit tan dan tinggi dengan seragam basketnya. Hyesoon hanya menganga melihatnya. Ayolah Hyesoon, kau baru melihatnya, jangan mudah tertarik dengan seseorang.

“Ya! Aku baru disini… Aku pindahan dari Jeguk High School” kata Hyesoon datar.

“Oh baiklah, namaku Kim Jongin, kau bisa memanggilku Jongin. Salam kenal! Siapa namamu?” kata Jongin mengulurkan tangannya. Hyesoon hanya menatap tangan itu acuh. Ia kemudian berdiri. “Apa kau tahu dimana ruang kepala sekolah? Sejak tadi aku mencarinya, tapi tidak menemukannya“

“Baiklah Ayo! Mari aku antar!” kata Jongin menarik tangan Hyesoon untuk mengikutinya. Hyesoon tidak dapat mengikuti langkah kaki Jongin yang panjang.

“Hey! Bisakah kau untuk tidak menarikku? Kau fikir aku ini apa, seenaknya saja kau menarikku?” bentak Hyesoon melepaskan genggaman Jongin.

“Tadi kau menanyakan ruang kepala sekolah kan? Ini ruangannya” kata Jongin menunjukan sebuah ruangan dengan dagunya.

“Apa? O…oh, terima kasih banyak Jongin” kata Hyesoon membungkuk dan membuka kenop pintu.

“Sama-sama” kata Jongin berjalan berjauh.

.

.

.

“Jongin!!!” panggil seseorang menghampiri Jongin. “Darimana saja kau? Tadi kami dari kantin. Maaf meninggalkanmu, kau terlalu lama” tawanya.

Jongin tak mengatakan sesuatu, hanya menatap kosong kedepan. Orang didepannya hanya mengela napas kasar.

“Jongin! Kau ini kenapa? Apa yang sedang kau pikirkan? Huh?” tanya sahabatnya itu.

“Tadi aku bertemu seorang wanita, katanya dia anak baru disini. Kulitnya putih, matanya berwarna cokelat bulat, jarinya yang lentik, bibir tipisnya yang sangat menggemaskan, rambutnya yang panjang… Dia sangat sempurna” kata Jongin tersenyum-senyum sendiri. Orang didepannya hanya membuka mulutnya dan menatap Jongin bingung.

“Sahabatku ini selalu saja mesum!” satu jitakan mendarat mulus dikepala Jongin. Empunya hanya mengaduh kesakitan.

“Yak! Kau Yun Jeong! Apa ingin kuhajar?” tanya Jongin memegangi kepalanya yang sakit.

“Ya,sepertinya kau pantas mendapatkannya Jongin! Itu karna kau sudah berpikiran mesum dipagi hari” sambung Yun Jeong.

“Hey, Sehun!! Apa kau tidak mau membantu sahabat kecilmu ini?” kata Jongin memohon dengan aegyonya.

“Yak! Jongin! Hentikan aegyomu, itu menjijikan. Lagi pula, kau sudah dewasa, bodoh!” kata Sehun melipat tangan didadanya dan acuh.

“Sudahlah, sebentar lagi songsaengnim akan masuk mengajar fisika! Ini untukmu, Jongin!” kata Yun Jeong melempar sebungkus burger.

“Terima kasih, Yun Jeong” kata Jongin membuka bungkus itu dan memakannya sambil berjalan menuju kelas. Ya! Mereka memang sekelas. Lebih tepatnya mereka bertiga selalu sekelas.

.

.

.

.

“Permisi” kata Hye Soon membuka pintu ruang kepala sekolah. “Maaf, saya murid baru disini.” Kata Hye Soon gugup.

“Oh, baiklah… saya Ms. Fey, kepala sekolah di School Of Permorming Arts” kata orang itu memperkanalkan diri.

“Ya, Park Hye Soon imnida, mohon bantuannya Ms. Fey” kata Hye Soon membungkuk.

“Kenapa sendiri? Dimana orangtuamu? Mengapa mereka tidak mengantarkanmu?” tanya Pindahan dari sekolah mana” tanya Ms. Fey membenarkan letak kacamatanya.

“Orangtuaku, mereka semua sedang dinas di Eropa, jadi mereka tidak bisa mengantarku. Lagipula saya sudah dewasa, jadi tidak perlu diantar” kata Hye Soon tersenyum miris. Keluarganya memang jarang bisa berkumpul bersama.

“Kau mandiri juga ya? Hmm… biasanya para wanita pindahan akan diantar orangtuanya dan bersikap manja” kata Ms. Fey mengetik entah apa itu.

“Mungkin aku satu-satunya yang berbeda” kata Hye Soon tersenyum tipis, sangat tipis.

“Ini, kau cari kelas barumu ini dan berikan kertas ini pada songsaengnim, oke? Dan ini seragammu! Semoga kau menyukai sekolah barumu dan kelas barumu” kata Ms. Fey memberikan selembar kertas dan pakaian seragam untuk seminggu.

“Terima kasih” kata Hye Soon membungkuk dan pergi keluar dari ruangan itu.

Hye Soon POV

“Dimana kelasku, kenapa begitu rumit dihari pertamaku” kataku mendengus kesal. Aku duduk disebuah kursi panjang. Aku lelah, “Aku merindukan Chan oppa” lanjutku. “Aku benar-benar merindukan tawanya. Bahkan jika aku sedang bingung seperti sekarang, dia pasti ada dan membantuku. Dia sahabatku yang special” kataku bermonolog

“Mengapa masih berkeliaran dilorong, bel sudah bunyi, bukan?” tanya seseorang membuyarkan lamunanku.

“O…oh, maaf! Aku sedang mencari ruang kelas ini?” kataku menunjukan selembar kertas.

“Oh, kebetulan! Kali ini aku akan mengajar dikelas ini” katanya. “Aku Ms. Jey, Ayo masuk!” lanjut Ms. Jey. Dan apa? Jadi dari tadi aku berada didepan ruangan yang aku cari-cari?

“B…baiklah Ms” kataku membenarkan rambut panjangku.

Author POV

“Annyeonghaseyo!” kata Ms. Jey membuka pintu. Susana gaduh dikelas, tiba-tiba hening. Semua murid kembali ketempat duduknya. Semua mata menatap Hye Soon yang kini berdiri disamping Ms. Jey. “Kita kedatangan murid baru! Dia pindahan dari Jeguk High School. Ayo, kenalkan dirimu pada teman-teman barumu”

“Annyeonghaseyo! Park Hye Soon Imnida! Panggil saja Hyesoon. Semoga kalian bisa menerimaku di disini sebagai anggota baru kelas kalian! Mohon bantuannya” kata Hye Soon memperkenalkan diri dan lagi-lagi terbentuknya Puppy Eyesnya.

“Kau bisa duduk di samping Sehun! Hanya itu meja yang kosong” kata Ms. Jey.

“Terima kasih” kata Hye Soon berjalan gugup menuju meja disamping Sehun.

Sehun POV

Astaga! Aku pasti sedang bermimpi! Kini, dikelasku beridiri seorang wanita cantik, seperti bidadari. Ralat! Maksudku seperti malaikat. Apa dia yang diceritakan Jongin tadi? Dia benar-benar cantik.

“Jongin! Apa dia orang yang tadi kau maksud?” tanya ku sedikit berbisik pada Jongin.

“Apa? Iya, itu dia! cantik bukan? Akan aku jadikan dia kekasihku, senyumnya sangat manis, bukan?” kata Jongin memandangi wanita itu.

Apa? Jongin menyukai wanita itu? Tidak! Tidak boleh. Aku yang akan menjadi namjachingunya! Maaf Jongin, tapi untuk kali ini aku tidak akan merelakan wanita ini jatuh kedalam pesonamu.

“Kau bisa duduk disamping Sehun! Hanya itu meja yang kosong”

“Terima kasih”

Apa? Dia duduk denganku? Astaga, ini keberuntungan. Terima kasih Tuhan! Aku harus terlihat menawan dan karismatik.

“Boleh, aku duduk disini? Aku dengar hanya ini meja yang kosong?” tanyanya. Senyum itu. Kenapa senyum itu selalu ada diwajahnya? Ayolah, aku bisa mengeluarkan cairan merah dari hidungku.

“Oh! Boleh saja. Lagipula, jika bukan disini kau akan duduk dimana?” tanyaku menahan gugupku. Bodoh! Aku tidak boleh gugup dihadapan wanita.

(SKIP TIME)

Kring… Kring…
Bel istirahat berbunyi juga. Aku dan sahabatku rencananya akan bermain basket. Namun, sepertinya aku, Jongin dan Yunjeong masih tidak bernajak sama sekali. Bahkan, Jongin tampak teridur.

“Aku  Oh Sehun, disampingmu itu Kim Jongin. Dan yang disampingnya itu adalah Kim Yun Jeong” kataku memperkenalkan sahabat-sahabatku. Dia hanya terkekeh melihat Jongin tertidur.

“Dia lucu ketika tidur. Seperti bayi, sangat manis” bagai ditusuk jutaan jarum pentul pada hatiku. Aku kecewa mendengar itu. Apa dia menyukai Jongin?

“Dia akan sangat sulit dibangunkan” kataku tersenyum miris. “Kenapa kau pindah Hyesoon? Padahal fasilitas di Jeguk High School sangat bagus.?” Tanyaku.

“Aku… hanya saja aku hanya ingin pindah”

“Apa? Bagaimana dengan sahabatmu? Namjachingumu?” oke aku tahu aku mulai sok ingin ikut campur dengan urusannya.

“Sahabatku tahu tentang kepindahanku. Dia hanya berjanji, ketika ia kembali untuk menemuiku, ia akan menjadi terkenal. Memang terasa berat harus meninggalkannya. Namun… lupakan saja! Dan aku tidak punya namjachingu. Dan aku tidak tertarik untuk memilikinya”

“Oh, maaf harus membuatmu mengingat sahabatmu”

“Apa dia jarang tersenyum? Aku daritadi belum melihat senyumannya? Apa dia ada masalah? Atau dia sedang sakit, Sehun?” tanya Hyesoon. Oh, Tuhan… apa aku harus mendengarkannya bertanya tentang orang lain? Mangapa dia tidak bertanya tentang diriku?

“Oh iya? Tidak mau kekantin? Aku sangat lapar” pintaku mengubah topik.

Author POV

“Kau benar! Aku juga lapar Oh Sehun” kata Jongin tiba-tiba bangun dan membuah Yunjeong loncat keget.

“Kkamjong pabo! Kau hampir membuat jantungku lepas” kata Yunjeong melempar novelnya kearah Jongin.

“Aakhh! Arrghh! Penyakit sialah ini! OH DAMN IT!” Hyesoon memegangi dadanya. Penyakitnya kambuh. Penyakitnya datang disaat yang tidak tepat. Jantungnya mulai tidak normal lagi. bahkan, kini Hyesoon terduduk dilantai dan terus meringis kesakitan.

“Kau kenapa?” tanya Sehun memegangi pundak Hyesoon.

“Biar aku bawa dia ke UKS” kata Yunjeong menggangkat Hyesoon dan berlari keluar kelas.

Yunjeong berlari menuju UKS dengan menggendong Hyesoon yang masih merasa kesakitan. Hyesoon tak hentinya menangis, napasnya mulai tersenggal-senggal. Sementara Sehun dan Jongin mencari kepala sekolah.

“Kenapa Uks sangat jauh dari kelas? Oh damn! Sabar Hyesoon” kata Yun Jeong yang terus berlari, tak peduli dengan tatapan aneh semua orang yang melihatnya.

“Maaf penyakitku ini merepotkanmu. Aku payah sekali” kata Hyesoon. Tubuhnya semakin lemas, wajahnya semakin pucat.

“Tak masalah! Asalkan kau tidak kenapa-napa” kata Yunjeong. Langkah Yunjeong terhenti didepan ruangan dengan pintu berwarna putih dan dengan garis merah dan biru. Ia membuka pintu itu dan membaringkan Hyesoon pada ranjang diruang Uks itu.

“Kenapa dia, Yunjeong?” tanya seorang siswa yang kini bertugas menjaga di Uks.

“Entahlah! Dia hanya mengelus kesakitan dan memegangi dadanya. Napasnya sangat cepat dan dia terus saja kesakitan” kata Yunjeong panik.

“Biarkan, aku periksa keadaan tubuhnya sebentar” kata orang itu memakai stetoskop.

“Mohon bantuannya, Hara” kata Yunjeong panik.

“Astaga! Detak jantungnya sangat tidak teratur dan tidak stabil. Iramanya berantakan. Ini aneh, aku tidak tau kenapa? Sepertinya kau harus menghubungi rumah sakit! Bicarakan ini dulu dengan kepala sekolah” kata Hara bingung.

“Ada apa? Bagaimana kondisinya?” tanya Ms. Fey membuka pintu dan bersamaan dengan Jongin dan Sehun.

“Ms. Fey! Detak jantung anak ini tidak normal dan tidak stabil. Kita harus menghubungi pihak rumah sakit” kata Hara lebih panik.

“Lihat! Darah dari mulutnya dan hidungnya” kata Sehun kaget. Kini Hyesoon sudah pingsan dengan darah segar yang tiba-tiba mengalir dari hidungnya dan mulutnya.

Ms. Fey menghubungi ambulan. Dan 10 menit kemudian dan membawa Hyesoon kerumah sakit. Yunjeong, Jongin dan Sehun mengikuti ambulan itu dari belakang dengan mobil Yunjeong.

“Tenang, Yunjeong… kenapa kau begitu takut, dia tidak apa-apa. Mengapa kau begitu panik, huh?” kata Jongin menenangkan Yunjeong.

(SKIP TIME)

“Ayolah! Yunjeong, aku dan Sehun akan kekantin membeli makanan? Kau mau ikut tidak?” tanya Jongin.

“Tidak, terima kasih! Aku akan menunggunya hingga dia sadar. Aku nitip makanan berat ya? Dan kopi! Sehun tahu kopi seperti apa” kata Yunjeong .

“Baiklah, kami pergi”

..:::::…

“Hyesoon! Ternyata kau tidak berubah, ne? bahkan dengan penyakitmu itu, sama sekali tidak berubah” kata Yunjeong mengelus pipi mutih Hyesoon. “Apa kau masih mengenalku? Apa kau masih menggingatku? Apa perasaanmu masih sama denganku seperti dulu?” lanjutnya.

“Kau tau? Perasaanku padamu tak pernah berkurang. Bahkan, walau aku didekati banyak yeoja, aku menolak  bahkan menjauhi mereka hanya untukmu”

“Nadaku terdengar sederhana. Seperti cintaku yang ku bagi seutuhnya untukmu. Seperti cinta yang tak kau mengerti meskipun aku sudah lelah berteriak dan mengejarmu. Cintaku yang hanya untukmu”

“Hyung…”

Yunjeong POV

“Hyung…”

Aku menengok kearah suara itu. Aku melihat adikku berdiri didepan pintu dengan baju penuh bercak darah dan lengannya penuh darah dan goresan luka. Tapi, bukankah adikku sudah meninggal 9 tahun lalu.

Flashback on

“Kim Tae Ri! Hentikan! Kau bisa melukai dirimu sendiri!” teriakku panik. Adikku, Taeri memegang pisau. Umurku masih 8 tahun dan Taeri masih berumur 6 tahun. Orangtuaku sedang pergi rapat dengan perusahaan lainnya.

“Kim Tae Ri, hentikan ini. A…akan aku laporkan ini semua ke orangtuamu!” bentak Hyesoon.

“Apa kau bilang, noona? Mengadukanku kepada orangtuaku? Mungkin kau tidak bisa! Karna aku akan membunuh kalian berdua! Kau duluan yang akan mati!!!” katanya mengarahkan pisau ke arah perut Hyesoon.

Aku berusaha untuk bangun dan berusaha melindungi Hyesoon. Tanganku berhasil menahan pisau itu. Namun pisau itu sudah berhasil menusuk perut Hyesoon dan tanganku berhasil menahannya untuk tidak lebih dalam.

“ARRGH!!!” pekik Hyesoon. Darah mengalir dari perutnya.

“Kau bodoh!!! Kau egois!!! Egomu menutupi sifat kemanusiaanmu!!!” bentakku memukul perut Taeri. Aku dan dia saling dorong. Ia terbentur cermin dan cermin itu terjatuh dan pecah disamping Taeri. Tubuh Taeri penuh dengan serpihan beling. Dan aku terbentur lemari buku saat aku berusaha menghampiri Taeri dan Hyesoon, lemari buku yang tingginya 2 meter itu terjatuh dan menimpa kakiku.

“Yunjeong!!! Hyesoon!!! Taeri!!!” teriak Ibuku melihat kami bertiga dengan darah dimana-mana.

“Apa yang terjadi? Oh Tuhan…” Ayah mengangkat lemari buku itu. Dan…

Semuanya menjadi hitam

Keesokannya.

Hari dimana, Taeri dimakamkan. Taeri meninggal karna kejadian kemarin. Hyesoon kehilangan ginjalnya yang kiri dan kakiku tidak bisa berjalan untuk beberapa waktu yang cukup lama.

“Semoga Tuhan memberkatimu, Taeri. Dan semoga Tuhan, mau memaafkanmu… kau adikku yang akan aku rindukan” kataku. Tangisku pecah seketika ketika air mata sudah tidak mampu untuk ku bendung lagi.

Sejak saat itu aku selalu mengunjungi makam Taeri dan selalu melewati rumah lama itu yang sekarang terkenal dengan keangkerannya. Terkadang, terdengar suara tangis, tawa seorang anak kecil, terkadang terdengar benda-benda berjatuhan dalam rumah itu. Dan yang paling seram, terkadang roh Taeri suka berlari-lari dihalaman rumah

Flashback off

“Untuk apa kau disini, Taeri? Tak cukupkah kau membuatnya seperti ini?” kataku menatap tajam adikku. Maksudku arwah adikku.

“Hyung… aku ingin minta maaf. Andai saja aku masih hidup dan sadar dengan kejadian 9 tahun lalu. Sungguh, hyung, aku menyesal”

“Terlambat! Semua sudah terlambat! Kau sudah membuatnya menderita dan kau sudah membuatnya terluka! Pergilah!” kataku menangan tangis.

“Hyung…”

“Jangan memanggilku hyung! Aku bukanlah Hyungmu! Aku tidak memiliki adik!” kataku. Tangisku pecah begitu saja.

“Yunjeong! Kami datang membawa… kau, mengapa menangis?” tanya Jongin melihatku menagis tersedu-sedu.

“Tidak ada,” jawabku singkat menghapus air mataku.

“Mengapa aku merasa hawa aneh dikamar ini? Aku merinding, ada apa ini? Hawanya benar-benar beda?” kata Sehun mengusap-usap lengannya. Aku bisa melihat bahwa dia sedang ketakutan.

PRANKS!!!

Tiba-tiba gelas yang berada dinakas terjatuh dan Sehun mematung. Aku bisa melihat jika dia sedang dalam pandangan kosong dan pikirannya yang kosong.

“KYA!!” teriak Sehun masih dalam posisinya.

“Ssttt! Hyesoon terbangun, Sehun ini salahmu. Mengapa teriak, huh?” kata Jongin menjitak kepala Sehun.

“Maaf, aku ketakutan” kata Sehun pelan.

“Apa yang kau rasakan sekarang? Apa kau merasa lebih baik?” tanyaku khawatir.

“Aku baik-baik saja. Gomawo, telah mengkhawatirkanku. Dan maaf merepotkanmu” Hyesoon memang tidak berubah, dia masih sama seperti dulu.
“Kau memang Yunjeong-ku! Sama seperti dulu, ne?”

“Kau masih mengingat itu? Walau sudah 9 tahun lalu?” tanyaku. Aku senang sekaligus khawatir dia akan pergi dariku.

“Kau pikir aku ini sudah tua, huh? Aku tidak akan mungkin melupakanmu dan kejadian itu” kata Hyesoon tersenyum miris.

“Maafkan, adikku, ne?”

“Tunggu! Ada apa diantara kalian? Apa kalian sudah saling mengenal?” tanya Jongin kaget.

“Ne! Kami sudah berteman sejak Sekolah Dasar. Kami sangat dekat” kata Yunjeong mengiakan omongan Jongin.

Author POV

Yunjeong menceritakan kejadian yang dialaminya dengan Hyesoon dan adiknya, Taerin. Ia menceritakan semuanya, bahkan kebiasaan buruk mereka berdua.

“MWO?!! Adikmu jahat sekali Yunjeong!!! Jika dia ada, akan aku hajar dia, akan aku salib dia!” kata Sehun berani.

“Kau yakin? Dia memang ada disini, dibelakangmu, Sehun!” seketika keberanian Sehun menghilang. Sehun hanya menatap Yunjeong horror.

“Tenang, dia tidak berbahaya! Aku yakin, dia akan terpesona dengan wajah tampanmu. Jadi ia tidak akan menghajarmu” kata Yunjeong meyakinkan Sehun.

“Ma…maaf Taeri, aku tidak bermaksud seperti itu padamu. Aku hanya bercanda” kata Sehun.

“Apa? Kenapa dia disini? Kau bercanda Yunjeong” kata Hyesoon memukul bahu Yunjeong.

“Aku tidak bercanda! Dia ingin memintamaaf padamu. Kau tahu? Arwahnya masih berada dirumahku dulu. Hingga sekarang, dia masih berada dirumah itu.” Kata Yunjeong dengan smirk andalanya.

“Aku sudah memaafkannya dari awal. Aku tidak punya dendam sama sekali, karna aku tdak bisa menyimpan dendam pada siapapun” kata Hyesoon dengan puppy eyesnya.

“Kau dengar itu Taeri? Sudahkan, pergilah dari sini! Tenanglah di alammu yang baru” kata Yunjeong tertawa renyah.

“Terima kasih, Hyesoon-noona… aku akan mengenangmu dan akan selalu melindungimu. Selamat tinggal kakak dan Hyesoon-noona. Aku tidak akan menggangku kalian lagi, sekali lagi terima kasih” kata Taeri tenang. Kini arwahnya sudah tenang, tanpa harus menghantui kakakya lagi.

“KYA! Menakutkan!” kata Sehun memeluk Jongin dan Yunjeong.

“Hyesoon! Aku masih menyimpan perasaanku untukmu. Apa kau masih menyimpannya?” tanya Yunjeong to the point.

“Nde?”

“Ayolah! Aku tau kau tadi mendengarku” rengek Yunjeong.

“Entahlah! Tapi aku tertarik dengan Sehun. Maaf Yunjeong, tapi kau sahabatku. Aku tidak mau kehilangan sahabatku.” Kata Hyesoon. Sehun hanya membelalakan matanya tidak percaya.

“Apa yang kau bilang tadi? Kau menyukai Sehun?” tanya Jongin.

“Nde?” kata Hyesoon menggerjapkan matanya.

“Kau menyukai Sehun daripada aku?” tanya Yunjeong merengek.

“Kau seperti anak kecil saja. Benar-benar memalukan. Ya, Sehun sangat lucu” kata Hyesoon dengan puppy eyesnya. Sehun hanya merunduk menutupi pipinya yang sedang merona.

-PAGI HARI-

“Good morning, Sehun!” sapa Hyesoon pada Sehun. Sehun hanya menatapnya sekilas dan kembali focus pada buku kimianya.

“Kau belajar? Kau sangat rajin, ne? Aku mau ke taman belakang sekolah”

“Tapi, sebentar lagi akan bel masuk, bukan? Bagaimana jika kau ketinggalan pelajaran? Dan kau tidak belajar untuk ujian kimia?”

“Aku tau, tapi biarkan. Aku sedang males dikelas, rasanya aku mau tidak masuk sekolah saja”

“Kenapa? Apa yang terjadi? Apa kau sakit lagi?” tanya Sehun menutup buku catatannya.

“Tidak! Aku tidak sedang sakit! Aku males, karna kau mendiamiku, puas!!” kata Hyesoon berjalan menjauh.

“Tunggu!” kata Sehun menahan tangan Hyesoon. “Aku janji, tidak akan mendiamimu. Tapi tetap disini, nde? Aku hanya sedang fokus untuk ujian nanti”

“Ani! Aku akan tetap pergi. Kau pasti tidak akan memegang janjimu” kata Hyesoon menepis tangan Sehun dan membuang muka.

“Mana ada namja sepertimu yammmmmpppttthhhhh” belum selesai Hyesoon berbicara, bibir Sehun sudah menempel pada bibir Hyesoon, tak lupa Sehun melumat bibir manis Hyesoon. Seluruh isi kelas yang menatap itu hanya menganga dan menatap mereka iri.

“Yak! Oppa, aku malu, pabo!!!” kata Hyesoon mendorong dada bidang Sehun. Dan Sehun melepaskan tautan mereka.

“Lihatkan? Aku sudah membuktikannya, aku juga menyukaimu Hyesoon. Suka secara tulus bukan hanya mencari perhatian darimu” kata Sehun mengusap pipi lembut Sehun.

“Sehun, kau telah menggambil first kiss ku” kata Hyesoon meraba mulutnya yang basah.

Disisi lain, Yunjeong menatap mereka horror. Kedua tangannya terkepal sangat kuat. Matanya merah seakan menahan amarah. Bagaimana tidak, yeoja yang selama ini ia tunggu-tunggu sedang bersama seorang namja yang ternyata sahabatnya. Bahkan dialah yang merebut first kiss yeoja itu.

Clark

Yunjeong tidak sengaja mematahkan pulpen Jongin. Sedangkan Jongin hanya membelalakkan matanya. Apakah Yunjeong itu siluman. Bahkan dia tidak bisa mematahkan pensilnya dengan ibu jarinya.

“Yak! Kau mematahkan pulpenku? Bagaimana bisa?” tanya Jongin menatap pulpennya yang sudah terbagi menjadi 2 itu.

“Sudahlah, Jongin! Jika nanti ada guru yang bertanya dimana aku. Katakan saja jika aku ke uks, ne?”

“Kau mau kemana Yunjeong? Pelajaran akan segera dimulai bukan? Dan kita aka nada ujian bukan?” kata Jongin bingung.

“Entahlah! Mungkin aku akan keatas gedung sekolah untuk menenangkan diri. Aku lelah! Sangat lelah! Mungkin karna aku tidak sarapan pagi ini”

“Biar aku ikut, Yunjeong! Aku tau kau butuh seseorang untuk bercerita. Aku bisa melihat wajah sedihmu itu dan wajahmu terlihat berantakan. Matamu seperti panda, ada kantung mata disana” ledek Jongin. Yunjeong hanya tersenyum tipis

“Tapi…”

“Tidak ada penolakan, Yunjeong” kata Jongin menarik Yunjeong keluar kelas.

.

“Ceritakan apa masalahmu? Aku siap mendengarkannya”

“Aku kesal, Jongin! Aku lelah harus berpura-pura! Aku sangat lelah Jongin! Aku putus asa! Setiap hari mereka semakin dekat dan terkadang ia melupakanku sebagai sahabat kecilnya” kata Yunjeong menangis dibahu Jongin.

“Mereka? Apa Sehun dengan Hyesoon? Tenanglah, yeoja bukan hanya dia… dan masih banyak yang menginginkanmu! Kau begitu mempesona dan kau juga penuh dengan kehangatan” kata Jongin menenangkan Yunjeong.

“Kau tahu, Jongin? Sebaiknya aku memilih untuk menjadi gay! Karna aku bosan dengan wanita, Jongin… Aku lelah menunggunya untuk waktu lama, sedangkan ketika dia kembali dia melupakanku dan menjauhiku” kata Yunjeong menggoda Jongin.

“A…apa maksudmu? Apa kau akan menyerah? Apa yang akan dikatakan oleh teman-teman? Apa kau rela menjatuhkan nama baikmu dan keluargamu? Apa kau ingin orangtuamu marah denganmu jika mereka mengetahui jika kau gay? Jangan bodoh Yunjeong, jangan mudah menyerah! Pasti nanti ada yeoja yang lebih baik dari Hyesoon” kata Jongin.

“Kau tahu, Jongin? Aku tidak peduli dengan apa yang dunia akan katakan tentangku! Tapi aku akan menahan itu semua dan akan membendungnya. Dan aku sendiri dan Tuhan yang akan menentukan kehidupanku”

“Yunjeong… kau?”

“Jongin dengar! Aku menyukaimu, aku selalu merasa hangat bila didekatmu, kau selalu ada bila aku butuh. Kau selalu bertingkah konyol hanya untuk menghiburku. Aku tidak hanya sekedar suka denganmu. Namun, aku juga sangat menyayangimu! Jongin jawab aku…” kata Yunjeong memegang erat bahu jongin. “Will you be my namjachingu? Please, Jongin”

“Kau gila!!!” teriak Jongin.

“Ya! Benar! Aku gila! Aku gila karena yeoja itu!! Kau mau tidak, Jongin?”

“Jika itu membuatmu nyaman dan tidak akan menagis. Aku mau! Tapi dengan satu syarat!”

“Apa, Jongin? Apa? Katakanlah”

“Kau jangan bersedih didepanku. Jika ada masalah, ceritakanlah padaku atau pada orang lain” kata Jongin mengelus surai hitam Yunjeong.

“Aku janji” kata Yujeong memeluk Jongin.

“Apa kau tidak ingin kekelas? Aku tidak mau ketinggalan materi” kata Jongin berdiri dan membersihkan pakaiannya.

“Jongin!”

“Ne?”

“Ditanggal ini, dihari ini mereka menjalin sebuah hubungan khusus dan special ‘berpacaran’. Akan aku pastikan tidak ada yang bisa merusak hubungan kita. Aku janji itu!”

“Jangan berlebihan… ayolah, kita kekelas, kita sudah sangat terlambat”

“Ne! Kau benar” kata Yunjeong melirik jam tangannya dan menarik Jongin menuju kelasnya.

.

“Dimana Jongin dan Yunjeong?” tanya Mr. Won,

“Maan! Kami terlambat, tadi aku membantu Yunjeong keluar dari kamar mandi, pintu kamar mandi macet” kata Jongin berbohong dan menyiku Yunjeong.

“Ne, itu benar Mr. maaf kami telat,”

“Yasudah! Kalian duduklah ditempat kalian!” ujar Mr. Won membuka buku.

“Terima kasih Mr. Won” kata Yunjeong dan Jongin bersamaan. Mereka berjalan ke temat mereka duduk. Dikursi paling belakang.

“Darimana kalian?” tanya Hyesoon. Yunjeong yang berada disamping Hyesoon sama sekali tidak mau menanggapi pertanyaan tidak penting itu.

“Kalian berdua darimana? Kenapa telat masuk?” sekali lagi ia bertanya.

“Bukan urusanmu, Hyesoon! Jangan urusi urusanku! Urusi saja kehidupanmu dan urusi Sehun!” kata Yunjeong membentak.

“Yunjeong!  Bisa kau diam? Pelajaran akan saya mulai” tegur Mr. Won.

“Mian..”

Hyesoon POV

Apa-apaan ini? Kenapa aku begitu sakit mendengarnya? Dia hanya sahabatku, jadi tak masalah dengan jawabannya itu. Tapi, yang jadi masalah adalah kenapa sekarang dia begitu dingin denganku? Apa kesalahanku?

Aku mencoba menebak apa yang terjadi dengannya –Yunjeong-, kenapa dia dan Jongin terlihat asik-asik saja. Bahkan mereka saling melempar senyum. Dan apa ini? Jongin menyender dibahu Yunjeong? Bahu itu. 9 tahun lalu. Bahu itu merupakan tumpuanku dalam hidup. Bahu itu, aku selalu menyenderkan kepalaku disitu.

APA? Yunjeong mencium kepala Jongin? Apa mereka menjalin hubungan? Tapi bukankah Yunjeong bukan seorang gay? Kurasa memang ada yang aneh dengan Yunjeong.

-TBC-

guys, sorry kalo berantakan yeth? masih pemula. wkwk ;v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar